Meningkatkan Etika Lingkungan dengan Menanam Pohon

Fenomena cuaca panas yang kita alami saat ini merupakan dampak nyata dari krisis iklim. United Nations Environment Programme (UNEP) memperingatkan bahwa dunia akan menghadapi dampak serius ketika suhu global naik hingga 1,5°C. Data dari 110 stasiun pengamatan BMKG menunjukkan, pada Oktober 2024 Indonesia mengalami kenaikan suhu rata-rata menjadi 27,78°C dari suhu normal 26,96°C. Peningkatan ini jelas berdampak pada aktivitas dan kehidupan masyarakat.

Sumber daya lingkungan perkotaan juga berkontribusi terhadap krisis iklim. Pertumbuhan penduduk yang pesat memicu konversi lahan untuk kebutuhan ekonomi, pemukiman, pendidikan, hingga budaya. Selain itu, pembakaran hutan, penggunaan bahan bakar fosil (minyak, batu bara, gas), penebangan liar, aktivitas peternakan, pemakaian pupuk berozon, emisi industri, hingga penggunaan CFC yang tidak terkontrol semakin memperburuk kondisi.

Lalu, apakah krisis iklim dapat dikurangi?
Salah satu solusinya adalah mitigasi berbasis etika lingkungan. Etika lingkungan terdiri dari tiga komponen utama:

  1. Konsekuensialisme – mempertimbangkan dampak setiap tindakan terhadap lingkungan.
  2. Deontologi – memastikan perilaku manusia sesuai dengan hak asasi manusia dan keberlanjutan.
  3. Etika Kebijakan – mengevaluasi kebijakan sebelum diterapkan agar tidak merusak lingkungan.

Kesadaran lingkungan adalah awal dari perubahan. Langkah sederhana seperti menanam pohon bisa menjadi kontribusi nyata untuk bumi.

Manfaat Menanam Pohon

Menanam pohon dapat mengurangi krisis iklim sekaligus mencegah deforestasi. Pohon menghasilkan oksigen, menyerap karbon dioksida, serta menjadi habitat bagi satwa liar. Hal ini meningkatkan kualitas keanekaragaman hayati, baik genetik, spesies, maupun ekosistem. Berikut beberapa jenis pohon dan kemampuannya menyerap emisi karbon per tahun:

  • Nangka
    Pohon nangka, yang banyak ditemui di pedesaan, mampu menyerap CO₂ hingga 126,51 kg per tahun. Selain menghasilkan buah, pohon ini juga berperan sebagai penyerap karbon sekaligus penyedia oksigen.
  • Akasia
    Pohon akasia tumbuh cepat dan dikenal multifungsi: peneduh jalan, bahan baku mebel, hingga obat-obatan. Daya serap karbonnya mencapai 15,19 ton per hektar per tahun (Nature). Daun akasia juga terbukti memiliki sifat antifungi.
  • Bambu
    Bambu efektif mencegah erosi, menjaga cadangan air tanah, dan menyerap karbon dalam jumlah besar, sekitar 17 ton per tahun. Kepadatan stomata pada daunnya membuat bambu sangat efisien dalam menyerap CO₂.
  • Jati
    Pohon jati menyerap sekitar 30,8 ton CO₂ per tahun dan menyimpannya dalam biomassa kayu. Selain itu, jati mendukung konservasi lahan dan keanekaragaman hayati di hutan.
  • Pinus
    Pinus (Pinus merkusii) mampu menyerap sekitar 32,81 ton CO₂ per tahun. Pohon ini juga berperan penting dalam program reboisasi dan penghijauan sejak era 1960-an di Indonesia.
  • Mangrove
    Mangrove menyerap CO₂ dalam jumlah luar biasa, mencapai 39,75 juta ton melalui biomassa batang, daun, dan akar. Selain itu, mangrove melindungi pesisir dari abrasi, menjadi habitat satwa, dan mendukung ekowisata.

Penutup

Krisis iklim adalah ancaman nyata yang memengaruhi kehidupan kita. Namun, menanam pohon menjadi langkah sederhana namun berdampak besar dalam mengurangi emisi karbon dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Mari bersama-sama menjaga bumi. Setiap pohon yang kita tanam adalah investasi kecil menuju masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.