Sabrina Gita Salsabella
Jepara, 2025 – Bulan Ramadan selalu identik dengan keberkahan. Tidak hanya menjadi momen meningkatkan ibadah, Ramadan juga bisa menjadi kesempatan untuk lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan. Menjaga bumi adalah kewajiban manusia, dan setiap upaya merawatnya dapat menjadi ladang pahala. Dari sinilah lahir gagasan Ramadan Hijau—sebuah konsep yang memadukan nilai-nilai ibadah dengan kesadaran ekologis.
Konsep ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-A’raf (7): 56:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya…”
Namun kenyataannya, kondisi di lapangan masih jauh dari ideal. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat adanya lonjakan timbulan sampah sebesar 15–20% selama Ramadan 2025. Bahkan, menurut Bappenas, Indonesia menghasilkan 23–48 juta ton sampah makanan per tahun atau setara 115–184 kilogram per kapita. Laporan Food Waste Index dari UNEP (2021) menegaskan bahwa Indonesia menjadi salah satu penyumbang terbesar sampah makanan di Asia Tenggara. Angka ini jelas bertentangan dengan perintah Allah dalam QS. Al-Isra (17): 27 yang melarang umat manusia berlaku mubazir.
Mengapa Ramadan Hijau Penting?
Ramadan sering memicu peningkatan konsumsi, baik secara tradisional maupun lewat e-commerce. Laporan RRI mencatat, transaksi daring selama sahur bahkan melonjak hingga 10 kali lipat. Data dari SIRCLO (2023) juga menunjukkan pertumbuhan rata-rata transaksi belanja online sebesar 76,5% dalam periode Ramadan 2022–2024, dengan jumlah konsumen naik 23,5%.
Lonjakan konsumsi ini meninggalkan tumpukan sampah organik maupun anorganik. Tanpa mitigasi, kondisi ini dapat memperparah krisis lingkungan. Karena itu, Ramadan Hijau hadir dengan tujuan ganda: menekan angka timbulan sampah sekaligus menjaga keberlanjutan ekosistem.
Tips Ramadan Hijau
Agar Ramadan tetap berkah sekaligus ramah lingkungan, berikut beberapa langkah kecil yang bisa dilakukan di rumah:
- Gunakan wadah pakai ulang (3R: Reduce, Reuse, Recycle) seperti tas kain, kotak makan, dan tumbler saat membeli takjil.
- Hemat air dengan menggunakan debit kecil saat berwudu.
- Masak sahur dan berbuka secukupnya, hindari mubazir makanan.
- Pilih aktivitas ngabuburit ramah lingkungan, seperti bersepeda atau berjalan kaki.
- Bijak dalam memberi hampers Lebaran dengan mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai.
Menutup dengan Aksi Nyata
Ramadan Hijau bukan sekadar wacana, tetapi langkah nyata untuk menyatukan ibadah dengan kepedulian lingkungan. Dari penggunaan tumbler hingga penghematan makanan, setiap tindakan kecil dapat memberi dampak besar bagi bumi.
Mari jadikan Ramadan tahun ini bukan hanya momentum spiritual, tetapi juga gerakan kolektif untuk bumi yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.